Menulis Pendahuluan dalam Penelitian Tafsir Maqashidi - Ringkasan Video PPL LSQ Ar-Rahmah

Tema: Menulis Pendahuluan dalam Penelitian Tafsir Maqashidi

Pemateri: Dr. Mahbub Ghazali

Sumber: Menulis Pendahuluan dalam Penelitian Tafsir Maqashidi - Sekolah Tafsir Maqashidi - PPL IAIN Kudus

PERSIAPAN MENULIS KERANGKA PENDAHULUAN

Yang paling awal harus dipersiapkan dalam penulisan artikel jurnal adalah menemukan problem akademik yang tepat. Problem akademik adalah ketika terjadi kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan fakta yang ada di kenyataan (das sein).

Untuk menemukan problem akademik dapat dicari melalui: 1) penelitian terdahulu, 2) kegelisahan akademik, dengan memperhatikan tiga aspek berikut ini:

Pertama, tren. Apakah terjadi peningkatan atau penurunan terhadap suatu tema atau fenomena yang akan diteliti? Kedua, kontroversi. Baik itu kontroversi dalam keputusan/kebijakan yang kontoversial, pandangan, lokasi, maupun zaman yang bisa diperbandingkan satu sama lain. Ketiga, adanya ancaman atau bahaya, sehingga mengharuskan suatu tema untuk diteliti.

Dalam penelitian, penting pula untuk menetapkan batasan penelitian. Kemudian batasan penelitian ini nanti akan disinggung atau disampaikan kembali dalam kesimpulan penelitian. Hal ini ditujukan agar kajian dalam artikel yang ditulis dapat menampilkan satu pesan yang dapat dieksplorasi secara mendalam, sehingga dapat ditemukan distingsi (perbedaan).

POIN PENTING DALAM PENULISAN PENDAHULUAN

a) Pendahuluan dalam artikel jurnal memiliki porsi 10% dari keseluruhan tulisan.

Dari proporsi ini dapat dibuat patokan, jika biasanya dalam sebuah artikel jurnal terdiri dari 5000 kata, maka pendahuluannya hanya 500 kata. Di mana per paragraf hanya terdiri dari 10 baris atau 150 kata. Jika lebih dari 10 baris, artinya pendahuluan yang dibuat banyak kalimat yang tidak efektif. Sedangkan apabila kurang dari 10 baris, artinya data yang dimiliki kurang. Pendahuluan biasanya terdiri dari 4-5 paragraf saja.

b) Menjelaskan problem akademik, novelty, menunjukkan bukti keberadaan data (yang dinarasikan sebagai tujuan penelitian)

Novelty merupakan temuan baru dari problem akademik yang diabaikan oleh peneliti sebelumnya. Kemudian, dari pengabaian ini membuka ruang diskusi baru sehingga dapat ditumukan distingsi. Novelty dapat ditemukan jika kita menemukan distingsi yang jelas antara apa yang ingin dilakukan dan diteliti terhadap penelitian sebelumnya.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1) melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu terkait tema yang akan diangkat dalam penelitian. Dari hasil penelusuran tersebut kemudian dipetakan, sehingga dapat ditemukan sisi kosong/sisi yang diabaikan oleh peneliti sebelumnya. 2) meletakkan di posisi mana penelitian yang dilakukan dengan penelitian lain atau penelitian sebelumnya. Di sinilah kita dapat mengeksplorasi atau mengembangkan sisi kosong dari penelitian sebelumnya dengan arah pandang yang baru.

c) Menunjukkan hubungan data dengan pesan (argumen/hipotesis)

Pada bagian ini kita diminta untuk menjelaskan tujuan dari penelitian atau penulisan artikel jurnal dengan berdasarkan bukti yang ditemukan dan hubungan data tersebut dengan pesan yang hendak disampaikan.

d) Ditulis dengan argumentasi yang jelas dan padat

Hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan pendahuluan ini, ketika kita telah menuliskan tema spesifik yang sudah ditemukan, jangan sampai dirusak dengan penggunaan diksi umum. Penting untuk menarasikan pendahuluan dengan padat, jelas, dan langsung pada inti masalah. Jangan sampai ada ada penggunaan diksi umum/pengetahuan umum yang terkesan seperti kalimat basa-basi.

STRUKTUR PENDAHULUAN

1) Fenomena/Fakta Sosial (paragraf 1)

Untuk menulis paragraf pertama, khususnya kalimat pertama harus dimulai dengan shocking statement. Paragraf pertama ini berisi alasan mengapa fenomena/tema ini perlu diteliti. Hal ini dapat dilihat dari 3 aspek yaitu tren, kontroversi, dan bahaya/ancaman sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, di bagian problem akademik.

Dalam tafsir maqashidi yang berangkay dari struktur tafsir tematik, penting untuk memperhatikan apakah tema yang hendak diteliti termasuk dalam salah satu dari tiga aspek tersebut ataukah tidak.

2) Fakta Literatur (paragraf 2)

Fakta literatur berkaitan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Pada penulisan bagian ini kita dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

Pertama, pentingnya tema tersebut dikaji karena literatur yang ada masih kurang. Kedua, literatur yang ada tidak memperhatikan/mengabaikan dimensi/aspek tertentu yang henda kita tulis. Ketiga, tema tersebut penting ditulis karena literatur yang ada menyesatkan, sehingga tulisan kita hendak mengklarifikasi kesalahan tersebut.

3) Alasan Ditulis/Diteliti (paragraf 3)

Pada bagian ini penting untuk dijelaskan alasan tema tersebut ditulis/diteliti. Setidaknya harus memiliki salah satu dari tiga hal berikut ini: 1) bersifat spesifik, 2) fokus pada aspek yang belum dikaji sebelumnya, 3) menulis suatu arah baru dari kajian senada.

4) Hipotesis Penelitian (paragraf 4)

Pada bagian ini harus meletakkan tafsir maqashidi sebagai perangkat penafsiran, sehingga menghasilkan kekhasan /berbeda dari penelitian yang tidak menggunakan tafsir maqashidi. Hipotesa sementara yang dibuktikan di bagian diskusi (pembahasan). Harus dijelaskan pula hubungan antara tafsir maqashidi dengan tema penelitian.

RINGKASAN QnA:

1. Bagaimana cara menyusun pendahuluan yang menarik dan terstruktur?

Untuk menyusun pendahuluan yang menari dan terstruktur hal utama yang wajib diperhatikan adalah pembuatan kalimat yang efektif sehingga penjelasan yang disampaikan tidak bertele-tele. Buatlah kalimat yang padat, jelas, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Jangan menggunakan kalimat kompleks yang terdiri dari dua susunan kalimat.

Jangan pula terlalu banyak mengulang kata, misalnya saja, “meskipun itu, akan tetapi, dan kata-kata basa-basi lainnya”. Sebab itu berarti perbendaharaan kata yang kita miliki masih minim. Maka dari itu, penting untuk banyak-banyak membaca agar memperkaya perbendaharaan kata. Hindari pula penggunaan kata “adalah” karena kata ini bersifat pasti dan mengikat. Lebih baik gunakan saja kata “merupakan”.

Jika ingin mengaitkan antar satu kalimat dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, pastikan highlight apa yang akan dijelaskan (gagasan utama paragraf). Paragraf umumnya terdiri dari 3 hal: 1) topic sentense (ide pokok paragraf), 2) detail sentense (kalimat penjelas), 3) concluding sentense (kesimpulan).

2. Bagaimana cara menemukan problem penelitian yang tepat, yang mana penelitian tersebut sudah pernah diteliti dan ingin dikembangkan lagi?

Tips dari Dr. Mahbub Ghazali:

Untuk menulis pendahuluan, dapat dimulai dari paragraf kedua (fakta literatur). Pertama, cari seluruh penelitian tentang tema yang diteliti dan lacak melalui google shcolar. Kedua, pertakan penelitian-penelitian tersbut, apa saja yang dibahas dalam penelitian sebelumnya. Yang mana dari sini kita akan dapat menemukan sisi kosong dari suatu problem akademik, sisi inilah yang dapat dieksplorasi dan dikembangkan lagi.

Namun, penting untuk berhati-hati, jangan sampai ketika kita mengangkat problem akademik suatu tema karena tidak mampu menemukan literaturnya.

Ada pula tips lain, yaitu dengan banyak membaca untuk melatih kepekaan kita dalam menemukan problem akademik. Sebab semakin banyak kita membaca maka akan semakin banyak pula kita temukan sisi kosong yang dapat dijadikan sebagai penelitian.

3. Apakah dalam menulis pendahuluan harus mengutip karya orang lain dan apakah boleh untuk mengubahnya sesuai kebutuhan?

Pertanyaan ini terkait dengan plagiarisme dalam tulisan akademik. Untuk itu perlu diketahui seperti apa tulisan akademik yang masuk dalam kategori plagiasi, yaitu:

a) tulisan yang disalin dari orang lain, baik itu dari buku, jurnal, karya, tugas makalah, atau yang lainnya.

b) memberikan/menggunakan ide dari orang lain tanpa memberi rujukan/keterangan

c) memunculkan bagian dari tulisan orang lain dalam deskripsi pribadi tanpa parafrase. Prafrase adalah meletakkan sebuah ide dalam tulisan berdasarkan susunan seorang penulis. Dengan menggunakan teknik parafrase, penulis menampilkan pemahaman atas bacaannya. Meski demikian, penulis tetap wajib mencantumkan rujukan asli.

Urgensi pencantuman referensi dalam parafrase: 1) penghargaan kepada orang yang dikutip, 2) menunjukkan pemahaman penulis atas rujukan, 3) identifikasi otoritas keimuan dari rujukan yang diambil.

Posting Komentar

0 Komentar